Tanggal: 5 Juli 2025
Kediri — Semangat juang dan kerja keras kembali membuahkan hasil gemilang bagi Indonesia di ajang olahraga remaja Asia. Nadira Syahla Azzahra (16), pelajar SMA dari Kediri, berhasil mempersembahkan medali emas cabang bulutangkis tunggal putri di Youth Asia Games 2025 yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, akhir pekan lalu.
Lebih mengharukan, prestasi ini diraih Nadira setelah melewati latihan yang penuh keterbatasan — mulai dari raket bekas pinjaman, lapangan seadanya di gang kampung, hingga net latihan yang dijahit sendiri oleh ibunya dari sisa kelambu.
Perjalanan dari Gang Sempit Menuju Panggung Asia
Nadira berasal dari keluarga sederhana di Kelurahan Tempurejo, Kediri. Ayahnya adalah tukang servis motor keliling, sementara ibunya penjahit rumahan. Sejak kecil, Nadira sudah gemar bermain bulutangkis dengan sapu lidi dan bola plastik.
“Awalnya cuma iseng sama kakak. Lama-lama saya suka banget lihat video Taufik Hidayat dan Greysia Polii di HP pinjaman,” kenang Nadira.
Karena tidak mampu membayar klub elit, Nadira dilatih oleh pelatih lokal, Pak Iwan (mantan atlet Porprov Jawa Timur), yang membuka kelas gratis setiap sore untuk anak-anak kampung. Mereka berlatih di jalanan gang yang dialasi terpal dan diterangi lampu warung.
“Kami bikin net sendiri dari kelambu, tiangnya pakai bambu. Tapi semangat Nadira nggak pernah kendor,” kata Pak Iwan bangga.
Mengalahkan Unggulan Asia
Di Kuala Lumpur, Nadira mengalahkan unggulan ketiga asal Jepang dan unggulan pertama asal Korea Selatan dalam pertandingan tiga set yang menegangkan. Teknik dropshot dan footwork cepatnya membuat para komentator menyebutnya sebagai “anak ajaib dari Indonesia.”
Final disaksikan langsung oleh delegasi Kementerian Pemuda dan Olahraga serta para ofisial PBSI. Video pertandingan Nadira kini viral di media sosial, dengan komentar netizen yang membanjiri:
“Latihannya di gang, emasnya di Asia!”
“Kita butuh lebih banyak Nadira untuk masa depan bulutangkis Indonesia!”
Respons Pemerintah dan PBSI
Menpora RI, Dito Ariotedjo, menyampaikan ucapan selamat langsung lewat video call dan menjanjikan beasiswa penuh, pelatnas junior PBSI, serta bantuan renovasi fasilitas latihan komunitas Pak Iwan.
PBSI juga menyatakan akan mengawal perjalanan Nadira ke level internasional dan mengikutsertakannya dalam tur Eropa Junior 2026.
Program Regenerasi Atlet dari Akar Rumput
Kisah Nadira memperkuat urgensi program “Atlet Akar Rumput” yang mulai digulirkan tahun ini oleh Kemenpora dan KONI, untuk mencari bibit-bibit olahraga dari desa dan kota kecil, tanpa harus masuk klub mahal.
Program ini mencakup:
-
Penyaluran alat olahraga gratis ke daerah 3T
-
Pelatihan pelatih lokal bersertifikat
-
Turnamen antar-kampung dan antar-sekolah berbasis digital
-
Platform scouting online berbasis video
Kesimpulan:
Nadira Syahla Azzahra adalah cermin semangat olahraga Indonesia sejati: pantang menyerah, rendah hati, dan membuktikan bahwa emas tak selalu berasal dari pusat pelatihan megah. Terkadang, emas ditemukan di gang sempit — di antara kerja keras, net kelambu, dan mimpi yang tak pernah padam.