Jakarta, 7 Juli 2025 — Dunia game Indonesia kembali menuai sorotan global lewat game survival open-world berjudul “Pulau Terakhir” (The Last Island), besutan studio lokal TropicaDev Studio asal Surabaya. Dirilis resmi di Steam pada 28 Juni 2025, game ini langsung meledak dan mencapai lebih dari 1 juta pemain aktif dalam waktu kurang dari 10 hari.
Lebih mengejutkan lagi, Pulau Terakhir berhasil mempertahankan rating 94% “Very Positive” di Steam, menyaingi game-game besar seperti Valheim dan Rust.
Cerita dan Mekanisme yang Memikat
Pulau Terakhir mengangkat latar fiksi-pasca-apokaliptik di sebuah kepulauan tropis Asia Tenggara yang hancur karena ledakan nuklir dan wabah biologis. Pemain berperan sebagai penyintas yang terdampar dan harus:
-
🌴 Membangun tempat tinggal dari puing-puing bekas peradaban
-
🧪 Menyintesis obat dari tanaman tropis langka
-
🐒 Berinteraksi dengan hewan liar yang bisa menjadi musuh atau sekutu
-
🗺️ Mengeksplorasi reruntuhan kota pesisir dan sistem gua tersembunyi
-
💥 Bertahan dari ancaman suku mutan dan bencana alam berkala seperti tsunami atau badai tropis
Uniknya, game ini menggunakan budaya lokal sebagai inspirasi, seperti mantra Jawa kuno, musik gamelan-hybrid, dan kisah legenda laut selatan yang dibalut dengan sains futuristik.
Teknologi Lokal, Standar Internasional
Game ini dibangun menggunakan Unreal Engine 5.3, dengan dukungan photogrammetry untuk meniru vegetasi asli Indonesia. TropicaDev juga bermitra dengan LIPI untuk membuat ekosistem tanaman dan satwa yang semi-realistis.
Mode multiplayer co-op hingga 4 pemain menjadi salah satu fitur favorit, memungkinkan pemain membangun desa bersama, berburu, atau bertahan dari badai besar secara tim.
Pengakuan Dunia dan Rencana Lanjutan
Beberapa media internasional seperti Rock Paper Shotgun dan PC Gamer menyebut game ini sebagai:
“A tropical survival masterpiece with deep cultural roots.”
Publisher Jepang Kojima Arts bahkan menyatakan ketertarikan untuk mendistribusikan versi PS5 dan Xbox-nya ke Asia Timur.
TropicaDev sudah mengumumkan update ekspansi besar berjudul “Langit Merah Selatan” pada Desember nanti, dengan peta baru, jenis mutasi baru, dan kemampuan membangun perahu keliling antar pulau.
Kesimpulan
Pulau Terakhir adalah bukti bahwa game lokal mampu bersaing secara global — asalkan dibangun dengan kualitas, narasi kuat, dan sentuhan budaya yang otentik. Di tengah gempuran game barat dan Jepang, karya ini menjadi penanda bahwa Asia Tenggara, khususnya Indonesia, punya suara unik dalam industri game survival.
Bertahan hidup kini tak hanya soal mekanik, tapi soal identitas — dan Pulau Terakhir berhasil menyampaikannya.